BAB
I
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia banyak berbagai macam tumbuhan obat yang telah diteliti oleh para
ahli yang mana sampai sekarang tercantum pada buku-buku maupun artikel obat
tradisional. Tumbuhan obat atau yang biasa dikenal dengan obat herbal adalah
sediaan obat baik berupa obat tradisional , fitofarmaka dan farmasetika, dapat
berupa simplisia ( bahan segar atau yang dikeringkan ) ekstrak, kelompok
senyawa atau senyawa murni berasal dari alam, yang dimaksut dengan obat alami
adalah obat asal tanaman.
Indonesia sangat kaya akan kekayaan alam yang melimpah, mulai dari tanaman
herbal sampai mineral tersimpat dalam bumi pertiwi. Dijaman yang berkembang
banyak Ilmuwan bahkan Mahasiswa dari berbagai universitas berlomba-lomba untuk
mengembangkan tanaman obat. Dari sekian banyak tanaman obat ada salah satu
tanaman yang berkasiat obat yaitu Impatien balsamina atau yang biasa disebut
bunga pacar air ini telah diteliti bahawa kandungan fitokimia yang terkandung
didalamnya dapat berkhasiat sebagai obat. Penelitian terhadap tanaman ini
kebanyakan tertuju pada uji fitokimia dan uji aktivasi, tetapi untuk literatur
mengenai deskripsi, morfologi dan uji mutu simplisia tanaman pacar air masih
minim bahkan dalam buku Materia Medika Indonesia pacar air belum diklarifikasi
secara detail. Hanya beberapa artikel dan e-book saja yang membahas tanaman
ini.
Maka dari itu perlu perhatian yang cukup mengenai tanaman ini untuk lebih
dikembangkan, karena selain menambah jenis tanaman obat kita dapat memberikan
data mengenai bentuk makroskopik dan mikroskopik tanaman pacar air.
Dari uraian diatas maka dari itu diharapkan praktikan untuk mencari data
tentang simplisia yang akan diteliti terlebih dahulu untuk dapat membandingkan
mutu dari suatu simplisia berdasarkan ketentuan yang ada. Terlebih dahulu perlu
pemahaman mengenai obat alam , simplisia dan hubungan antara obat alam dengan
simplisia.
Obat Alam atau yang biasa disebut obat herbal adalah sediaan obat baik berupa
oabat tradisional, fitofarmaka dan farmasetik, dapat berupa simplisia ( bahan
segar atau yang dikeringkan ) ekstrak , kelompok senyawa atau senyawa murni
yang berasal dari alam, yang dimaksut dengan obat alami adalah obat asal
tanaman.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Pengertian
Simplisia
2.
Macam-macam
Simplisia
3.
Faktor
yang mempengaruhi simplisia
4.
Pembuatan
simplisia
5.
Pedoman
Panen
6.
Syarat
Simplisia
7.
Parameter standarisasi simplisia
Bab II
Pembahasan
2.1 Pengertian Simplisia
Simplisia adalah bentuk jamak dari
kata simpleks yang berasal dari kata simple yang artinya satu atau sederhana.
Menurut Departemen Kesehatan RI simplisia adalah bahan alam yang digunakan
untuk obat yang belum mengalami proses apapun, kecuali dinyatakan lain umumnya
berupa bahan yang telah dikeringkan.
2.2
Macam-macam Simplisia
Macam-macam simplisia
1.
Simplisia nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa
tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya.
Misalnya Datura folium dan piperis nigri fructus.
2.
Simplisia hewani
Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan
utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan
kimia murni. Contohnya oleum iecoris asselli dan mell depuratum.
3.
Simplisia pelikan atau mineral
Simplisia pelikan atau mineral yaitu simplisia
berupa bahan pelikan atau mineral yang belum duolah atau diolah secara
sederhana dan belum berupa bahan kimia murni.
2.3
Faktor Yang Mempengaruhi Simplisia
1. Bahan baku
simplisia
Berdasarkan bahan
bakunya, simplisia dapat diperoleh dari tanaman liar dan tanaman yang
dibudidayakan. Jika simplisia diambil dari tanaman yang dibudidayakan maka
keseragaman umur, masa panen, galur (asal usul, garis keturunan) tanaman dapat
dipantau. Sementara jika diambil dari tanaman liar maka banyak kendala dan
variabilitas yang tidak bias dikendalikan seperti asal tanaman, umur, dan
tempat tumbuh.
2. Proses
pembuatan simplisia
Dalam proses pembutan simplisia ada beberapa
tahapan yang harus dilakukan.akan di jelaskan pada
Point berikutnya
2.4
Pembuatan Simplisia
a. Pengumpulan
bahan baku
Kualitas bahan baku ditentukan oleh tahapan yang dilakukan dalam
pengumpulan bahan baku tersebut. Salah satu tahapan yang berperan dalam hal ini
yaitu masa panen. Masa panen dilakukan sesuai dengan tanaman yang akan digunakan,
yaitu sebagai berikut.
1) Biji
Pengambilan biji dapat
dilakukan pada saat mulai mengeringnya buah atau sebelum semuanya pecah.
2) Buah
Pengambilan buah tergantung tujuan dan pemanfaatan kandungan
aktifnya. Panen buah bisa dilakukan saat menjelang masak (misalnya Piper ningrum), setelah benar-benar
masak (misalnya adas), atau dengan cara melihat perubahan warna/bentuk dari
buah yang bersangkutan (misalnya jeruk, papaya).
3) Bunga
Pemanenan bunga tergantung dari tujuan pemanfaatan kandungan
aktifnya, panen dapat dilakukan pada saat menjelang penyerbukan, pada saat
bunga masih kuncup (seperti jasminum sambac) atau pada saat bunga sudah mulai
mekar (seperti Rosa sinensis).
4) Daun atau herba
Panen daun atau herba dilakukan pada saat herba pada saat proses
fotosintesis berlangsung maksimal, yaitu ditandai dengan saat saat tanaman
mulai berbunga atau buah mulai masak. Untuk pengambilan pucuk daun, dianjurkan
pada saat warna pucuk daun berubah menjadi daun tua.
5) Kulit batang
Pemanenan kulit batang hanya dilakukan pada tanaman yang sudah
cukup umur. Saat panen yang paling baik adalah awal musim kemarau.
6) Umbi lapis
Panen umbi dilakukan pada saat akhir pertumbuhan.
7) Rimpang
Panen rimpang dilakukan pada saat awal musim kemarau.
8) Akar
Panen akar dilakukan pada saat proses pertumbuhan berhenti atau
tanaman sudah cukup umur. Panen yang dilakukan terhadap akar umummnya akan
mematikan tanaman yang bersangkutan.
b. Sortasi
basah
Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika tanaman masih segar.
Sortasi dilakukan terhadap tanah dan kerikil, rumput-rumputan, bagian tanaman
lain atau bagian lain dari tanaman yang tidak digunakan, dan bagian tanaman
yang rusak.
c. Pencucian
Pencucian simplisia dilakukan untuk membersihkan
kotoran yang melekat, terutama bahan-bahan yang berasal dari dalam tanah dan
bahan-bahan yang tercemar pestisida. Pencucian dilakukan dengan menggunakan air
yang bersih (tidak tercemar).
d. Pengubahn
bentuk
Tujuan pengubahan bentuk simplisia adalah untuk
memperluas permukaan bahan baku. Semakin luas permukaan maka bahan baku akan
semakin cepat kering. Pengubahan bentuk seperti perajangan (rimpang, daun,
herba), pengupasan (buah, kayu, kulit kayu, dan biji-bijian yang ukurannya
besar), pemiprilan (jagung : biji dipisahkan dari bonggolnya), pemotongan
(akar, kayu, kulit kayu, dan ranting)
e.
Pengeringan
Pengeringan simplisia bertujuan untuk menurunkan
kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah ditumbuhi kapang dan bakteri,
menghilangkan aktivitas enzim yang bias menguraikan lebih lanjut kandungan zat
aktif, memudahkan dalam hal pengelolaan proses selanjutnya (ringkas, mudah
disimpan, tahan lama, dan sebagainya).
f. Sortasi
kering
Sortasi kering adalah
pemilihan bahan setelah mengalami proses pengeringan.
g. Pengepakan dan penyimpanan
Setelah semua tahapan diatas telah dilakukan,
maka simplisianya disimpan didalam wadah. Factor-faktor yang mempengaruhi
pengepakan dan penyimpanan simplisia yaitu cahaya, sirkulasi udara (O2),
reaksi kimia yang terjadi antara kandungan aktif tanaman dengan wadah,
penyerapan air, kemungkinan terjadinya prose dehidrasi, pengotoran dan atau
pencemaran (baik yang diakibatkan oleh serangga, kapang, bulu-bulu tikus atau
binatang lain).
2.5 Pedoman Panen
pedoman panen sebagai
berikut :
1. Tanaman yang pada
saat panen diambil bijinya yang telah tua
seperti kedawung (Parkia rosbbrgii), pengambilan biji
ditandai dengan telah mengeringnya buah. Sering
pula pemetikan dilakukan sebelum kering benar, yaitu
sebelum buah pecah secara alami dan biji terlempar
jauh, misal jarak (Ricinus cornrnunis).
2. Tanaman yang pada saat
panen diambil buahnya, waktu pengambilan sering
dihubungkan dengan tingkat kemasakan, yang ditandai dengan
terjadinya perubahan pada buah seperti perubahan
tingkat kekerasan misal labu merah (Cucurbita n~oscllata).
Perubahan warna, misalnya asam (Tarnarindus indica), kadar air
buah, misalnya belimbing wuluh (Averrhoa belimbi), jeruk
nipis (Citrui aurantifolia) perubahan bentuk
buah, misalnya mentimun (Cucurnis sativus), pare (Mornordica
charantia).
3.
Tanaman yang pada saat panen diambil
daun pucuknya pengambilan dilakukan pada saat tanaman
mengalami perubahan pertumbuhan dari vegetatif ke
generatif. Pada saat itu penumpukan senyawa aktif dalam
kondisi tinggi, sehingga
mempunyai mutu yang terbaik. Contoh tanaman yang
diambil daun pucuk ialah kumis kucing (Orthosiphon starnineus).
4. Tanaman yang pada saat
panen diambil daun yang telah tua, daun yang diambil
dipilih yang telah membuka sempurna dan terletak di
bagian cabang atau batang yang menerima sinar matahari
sempurna. Pada daun tersebut terjadi kegiatan
asimilasi yang sempurna. Contoh panenan ini misal
sembung (Blumea balsamifera).
5. Tanaman yang pada saat panen
diambil kulit batang, pengambilan dilakukan pada saat
tanaman telah cukup umur. Agar pada saat pengambilan tidak
mengganggu pertumbuhan, sebaiknya dilakukan pada musim yang menguntungkan
pertumbuhan antara lain menjelang musim kemarau.
6.
Tanaman yang pada saat panen diambil umbi
lapis, pengambilan dilakukan pada saat umbi mencapai
besar maksimum dan pertumbuhan pada bagian di atas
tanah berhenti misalnya bawang merah (Allium cepa).
7. Tanaman yang pada saat
panen diambil rimpangnya, pengambilan dilakukan pada musim kering
dengan tanda-tanda mengeringnya bagian atas tanaman. Dalam keadaan ini rimpang
dalam keadaan besar maksimum. Panen dapat dilakukan
dengan tangan, menggunakan alat atau menggunakan mesin.
Dalam ha1 ini keterampilan pemetik diperlukan, agar diperoleh
simplisia yang benar, tidak tercampur dengan bagian
lain dan tidak merusak tanaman induk. Alat atau
mesin yang digunakan untuk memetik perlu dipilih yang sesuai.
Alat yang terbuat dari logam sebaiknya tidak digunakan
bila diperkirakan akan merusak senyawa aktif
siniplisia seperti fenol, glikosida dan sebagainya. Cara
pengambilan bagian tanaman untuk penibuatan simplisia
dapat dilihat pada tabel I hal. 6.
2.6 Syarat simplisia
1. Harus bebas serangga,
fragmen hewan, kotoran hewan
2. Tidak boleh
menyimpang dari bau, warna
3. Tidak boleh
mengandung lendir, cendawan, menun jukkan tanda-tanda pengotoran lain
4. Tidak boleh
mengandung bahan lain yang beracun atau berbahaya
5. Kadar abu yang tidak
larut dalam asam maksimal 2%
PELIKAN : Harus bebas
dari pengotoran tanah, batu, hewan, fragmen hewan dan bahan asing lainnya
2.7 Parameter
Standarisasi Simplisia
1. Uji
Organoleptik
Dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekhususan bau dan rasa simplisia yang diuji.
Dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekhususan bau dan rasa simplisia yang diuji.
2. Uji
Makroskopik
Dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar atau tanpa alat, untuk mencari kekhususan morfologi, ukuran dan warna simplisia yang diuji.
Dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar atau tanpa alat, untuk mencari kekhususan morfologi, ukuran dan warna simplisia yang diuji.
3. Uji
Mikroskopik
Dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajat pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Simplisia yang diuji dapat berupa sayatan maupun serbuk. Tujuannya adalah untuk mencari unsur-unsur anatomi jaringan yang khas. Dari pengujian ini akan diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal yang spesifik bagi masing-masing simplisia. Serbuk yang diperiksa adalah serbuk yang homogen dengan derajat kehalusan 4/18 yang dipersyaratkan oleh MMI
Dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajat pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Simplisia yang diuji dapat berupa sayatan maupun serbuk. Tujuannya adalah untuk mencari unsur-unsur anatomi jaringan yang khas. Dari pengujian ini akan diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal yang spesifik bagi masing-masing simplisia. Serbuk yang diperiksa adalah serbuk yang homogen dengan derajat kehalusan 4/18 yang dipersyaratkan oleh MMI
2.8
Jenis Jenis Simplisia
Nabati
1. Herba (herba)
Herba merupakan seluruh bagian tanaman obat mulai dari akar, batang, daun, bunga, dan buah dari tanaman jenis terna yang bersifat herbaceous. Contohnya, pegagan
Herba merupakan seluruh bagian tanaman obat mulai dari akar, batang, daun, bunga, dan buah dari tanaman jenis terna yang bersifat herbaceous. Contohnya, pegagan
2. Daun (folium)
Bisa dikatakan, daun adalah jenis simplisia yang paling sering digunakan dalam pembuatan ramuan herbal. Simplisia tersebut bisa berupa daun segar atau kering dan dapat berupa pucuk daun seperti the atau daun tua seperti daun salam
3. Bunga (flos)
Bunga yang digunakan sebagai simplisia dapat berupa bunga tunggal atau majemuk
4. Buah (fructus)
Buah untuk simplisia dikumpulkan setelah masak
5. Kulit Buah (pericarpium)
Kulit buah dikumpulkan dari buah masak seperti kulit buah jeruk
6. Biji (semen)
Biji biasanya dikumpulkan dari buah yang sudah masak
7. Kulit Kayu (cortex)
Kulit kayu merupakan bagian terluar dari batang pada tanaman tinggi
8. Kayu (lignum)
Kayu yang biasa digunakan sebagai simplisia merupakan kayu tanpa kulit. Pemotongan kayu biasanya dilakukan miring sehingga permukaan menjadi lebar. Kedangkala berupa serutan kayu
9. Akar (radix)
Akar merupakan bagian tumbuhan yang biasanya terdapat di dalam tanah. Tugas akar selain memperkuat tegaknya tumbuhan, menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, kadang-kadang juga sering tempat untuk menimbun makanan. Menurut bentuknya, dibedakan 2 macam akar yaitu akar tunggang dan akar serabut. Akar tunggang hanya terdapat pada tumbuhan yang ditanam dari buji. Akar untuk simplisia bisa dari tanaman rumput, perdu, atau tanaman berkayu keras. Simplisia akar dikumpulkan ketika proses pertumbuhannya terhenti. Contoh akar yang kerap dijadikan simplsia adalah akar tanaman kompri
10. Umbi (tuber)
Umbi merupakan penjelmaan batang atau akar sehingga menjadi umbi batang atau umbi akar. Untuk menjadi simplisia, umbi dipotong miring agar permukaan menjadi lebar. Bika umbi bersifat toksik, sebelum digunakan umbi perlu diproses terlebih dahulu dengan cara perendaman atau pengukusan. Contoh umbi batang adalah kentang.
11. Rimpang (rhizome)
Rimpang merupakan batang dan daun yang terdapat di dalam tanah, bercabang-cabang, dan tumbuh mendatar. Dari ujungnya dapat tumbuh tunas yang muncul ke atas tanah dan tumbuhan baru. Kunyit merupakan salah satu contoh jenis rimpang yang biasa dijadikan simplisia
12. Umbi lapis (bulbus)
Umbi lapis merupakan perubahan bentuk dari batang beserta daunnya menjadi umbi yang berlapis-lapis karena daunnya tebal. Lunak, dan berdaging. Contoh dari umbi lapis antara lain bawang merah dan bawang Bombay
BAB III
Simplisia Hewani

Nama
Sinonim: Lemak
bulu domba anhydrous lanolin, Wool FAT, Lemak bulu
Nama hewan: Ovis Aries (L.)
Keluarga:Bovidae
Zat berkhasiat Utama/Isi:Ester-ester lemak dengan kolesterol, oksikolesterol, gamma-lanosterol, lano-sterol dihidrolanosterol dan agnosterol.
Adapun asam lemaknya adalah asam palmitat, asam miristinat, asam lano-palmitat, asam lanoserat, asam serotat dan asam karnaubat, alkohol-alkohol, setil -alkohol dan karnaubiealkohol.
Penggunaan:Sebagai salep, sabun, pasta, pil dan serbuk.
Sediaan:
- Aethylis Aminobenzoatis Tannini Unguentum (Form. Nas).
Nama hewan: Ovis Aries (L.)
Keluarga:Bovidae
Zat berkhasiat Utama/Isi:Ester-ester lemak dengan kolesterol, oksikolesterol, gamma-lanosterol, lano-sterol dihidrolanosterol dan agnosterol.
Adapun asam lemaknya adalah asam palmitat, asam miristinat, asam lano-palmitat, asam lanoserat, asam serotat dan asam karnaubat, alkohol-alkohol, setil -alkohol dan karnaubiealkohol.
Penggunaan:Sebagai salep, sabun, pasta, pil dan serbuk.
Sediaan:
- Aethylis Aminobenzoatis Tannini Unguentum (Form. Nas).
- Bacitracini Neomycini
Polymyxini unguentum (Form. Nas).
- Chloramphenicoli
unguentum (Form. Nas).
- Gamexani cremor
(Form. Nas).
- Hydrocortini
unguentum (Form. Nas).
- Ichtammoli unguentum
(Form. Nas).
- Methylis Salysilatis
unguentum (Form. Nas).
- Tetracyclini
Hydrocloridi unguentum (Form. Nas).
Pemerian:Zat
serupa lamak, liat, likat warna kuning muda atau kuning pucat, agak tembus
cahaya bau lemah dan khas.
Bagian yang diambil:Lemak yang dimurnikan dari bulu domba.
Pembuatan:Pada bulu domba terdapat 10-50 % lemak yang merupakan selaput luar bulu tersebut. Air sabun bekas pencuci bulu mengandung lemak tersebut. Pada air cucian ditambah asam sulfat dan magma berlemak yang terpisah diambil, magma diperas panas-panas untuk memisahkan kotoran-kotoran.Lemak yang diperoleh dimurnikan lagi, jika masih berisi asam lemak bebas.Lemak bulu domba dapat pula diperoleh langsung yaitu secara disari dengan pelarut organik.
Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baik terlindung dari cahaya atau ditempat sejuk.
Bagian yang diambil:Lemak yang dimurnikan dari bulu domba.
Pembuatan:Pada bulu domba terdapat 10-50 % lemak yang merupakan selaput luar bulu tersebut. Air sabun bekas pencuci bulu mengandung lemak tersebut. Pada air cucian ditambah asam sulfat dan magma berlemak yang terpisah diambil, magma diperas panas-panas untuk memisahkan kotoran-kotoran.Lemak yang diperoleh dimurnikan lagi, jika masih berisi asam lemak bebas.Lemak bulu domba dapat pula diperoleh langsung yaitu secara disari dengan pelarut organik.
Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baik terlindung dari cahaya atau ditempat sejuk.
3.2 ADEPS
SUILLUS
![]() |
Nama
sinonim:Lemak babi, Lard.
Nama hewan asal:Sus scrofa (L.)
Keluarga:Suidae
Penggunaan:Bahan salap, emplastrum
Sediaan:Emplastrum Plumbi Oxydi.
Pemerian:Lemak lunak, likat, warna putih bau leak tapi tidak tengik, jika dileburkan menjadi cairan jernih dan kemudian dibiarkan, tidak terpisah air.
Bagian yang digunakan:Lemak dari rongga perut.
Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baik.
Nama hewan asal:Sus scrofa (L.)
Keluarga:Suidae
Penggunaan:Bahan salap, emplastrum
Sediaan:Emplastrum Plumbi Oxydi.
Pemerian:Lemak lunak, likat, warna putih bau leak tapi tidak tengik, jika dileburkan menjadi cairan jernih dan kemudian dibiarkan, tidak terpisah air.
Bagian yang digunakan:Lemak dari rongga perut.
Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baik.

Nama Sinonim:Malam putih, White Bees Wax.
Nama hewan:Apis Mellifera (L.) dan species lain.
Keluarga:Apidae
Zat berkhasiat Utama/Isi:Mirisin (Mirisilpalmitat), terdapat pula asam serotinat, serasin (campuran parafin), asam melisinat, seril-alkohol.
Penggunaan:Bahan salap
Sediaan:Methylis Salicylatis unguentum (F.N), Unguentum Leniens
Pemerian:Zat pada lapisan tipis bening warna putih kekuningan, bau lemah.
Bagian yang digunakan:Malam dari sarang yang telah dibersihkan dan yang telah diputihkan.
Cara memperoleh:Dulu diputihkan secara dijemur dan bentuk pita-pita tipis. Sekarang dioksidir dengan hidrogenperosida, kalium permanganat atau benzoil-peroksida.
Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baik.

Nama
Sinonim:Malam kuning, Yellow Bees wax, yellow wax,
bees wax
Nama hewan asal:Apis Mellifera (L.)
Keluarga:Apidae
Zat berkhasiat Utama/Isi:Mirisin (=Mirisilpalmitat), serin atau asam serotinat, asam melisinat, mirisil-alkohol, hidrokarbon heptakosan dan hentrakontan.
Penggunaan:Bahan salep.
Sediaan:Oculentum Hydrargyri Oxydi Flavi (FOI)
Pemerian:Zat padat, jika dingin agak rapuh, jika hangat enjadi elastis, bekas patahan buram dan berbutir warna coklat kekuningan, bau enak seperti madu.
Bagian yang diambil:Malam yang telah dibersihkan dari sarang apis
Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baik
Nama hewan asal:Apis Mellifera (L.)
Keluarga:Apidae
Zat berkhasiat Utama/Isi:Mirisin (=Mirisilpalmitat), serin atau asam serotinat, asam melisinat, mirisil-alkohol, hidrokarbon heptakosan dan hentrakontan.
Penggunaan:Bahan salep.
Sediaan:Oculentum Hydrargyri Oxydi Flavi (FOI)
Pemerian:Zat padat, jika dingin agak rapuh, jika hangat enjadi elastis, bekas patahan buram dan berbutir warna coklat kekuningan, bau enak seperti madu.
Bagian yang diambil:Malam yang telah dibersihkan dari sarang apis
Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baik
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Penggunana Simplisia hewani maupun nabati sangat
banyak dalam kehidupan sehari-hari, banyaknya penggunaan simplisia ini
berpengaruh dengan mutu kualitas dari simplisia tersebut maka sangat penting
diperhatikan pada pembuatan simplisia dan penjagaan mutu tersebut dari awal
pengumpulan bahan baku hingga penyimpanan dan pengepakan simplisia tersebut.
Dengan banyaknya penggunana atau pemakaian simplisia ini maka pemakaiannya
harus di kendalikan ikut serta dalam pelestarian sumber daya yang dapat
diperbarui ini sangatlah penting agar selalu tersedianya sumber daya hewani dan
nabati sebagai bahan baku dari simplisia.
DAFTAR PUSTAKA
Loveless, A. R.,
1989. Prinsip-prinsip Tumbuhan untuk Daerah Tropik 2, Pt. Gramedia,
Jakarta.
Tjitroesoepomo, G.,
1993, Morfologi Tumbuhan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Suriawiria, 2002. Antropologi
Kesehatan Indonesia Jilid 1. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Wijayakusuma, H. &
Dalimartha, S, 2001. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Darah
Tinggi, Penebar Swadaya, Jakarta.
Kumpulan materi
farmakognosi kelas XII Blogspot.com
(hhtp://www.iptek.net.id/ind/pd_tanamanobat/20november2009)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar